Senin, 15 Desember 2014

met milad bupati tangerang

bupati tangerang  dan abah 

selamat milad bupati tangerang

KEPALA daerah bertampang ganteng ini kalau tampil dengan jins dan kaus, mungkin tidak ada yang menyangka dirinya seorang pejabat. Tampangnya cool, bicaranya ceplas-ceplos, tanpa banyak statemen yang diedit, apa adanya. Dengan logat Betawinya yang khas, dia fasih dengan data dan angka atas wilayahnya 956 kilometer persegi itu. Dia paham dan detail sampai dua digit di belakang koma!

Dia pantas disebut google search berjalan, atau ensiklopedia bernafas, atas wilayahnya Kabupaten Tangerang. Dia tahu betul jeroannya, isi perutnya, juga sejarahnya, problematikanya, kebutuhan dasarnya dan menyelami sekali hidup bersama warganya.

Kelihatan, bahwa pria yang hari Minggu nanti, 14 Desember berulang tahun ke-41 itu suka keliling, turun ke bawah, dari kampung ke kampung. ”Betul, tiap Jumat saya jadwalkan untuk berkantor di mobil, berkunjung dari satu desa ke desa lain, melihat dan merasakan dari dekat denyut pelayanan masyarakat di level paling bawah,” aku Ahmed Zaki Iskandar, Bupati Tangerang.

Jauh hari sebelum istilah blusukan itu dipopulerkan oleh Presiden Joko Wi dodo selama menjabat Gubernur DKI, Zaki sudah suka “jajah deso” keliling kampung. Dia menyebut “belanja solusi”, mencari akar persoalan, lalu menemukan solusi yang tepat buat masyarakat. Konon, dulu dia sering diajak keliling oleh ayahnya, H Ismet Iskandar, yang dua periode menjabat Bupati Tangerang juga, 2003-2008, dan 2008-2013. Jadi, bertemu dengan aneka karakter masyara kat itu sudah terbiasa.

Apa sih manfaat blusukan? Kalau tidak untuk menemukan solusi kreatif di tingkat bawah? Kalau hanya mencari masalah, tanpa paket penyelesaiannya saja, itu hanya akan menumpuk rasa ketidakpercayaan saja. ”Terakhir saya menemukan layanan di Dinas Perhubungan, kok masih menggunakan kertas karbon, belum ada sentuhan teknologi sama sekali, saya langsung ganti kepala di nasnya,” katanya.

Dia mengakui, perubahan cepat dalam kebijakan di pusat, sering membuat galau di bawah. Birokrasi itu tidak seperti perusahaan, yang ketika bos berbalik arah, manajer dan karya wannya cepat menyesuaikan diri. Birokrasi itu tidak seperti berjoget irama dangdut, saat atas bergoyang, bawah langsung mengikuti alur goyangan atasnya. Kadang, informasi dari pusat juga bertabrakan dengan keadaan di level bawah.

Misalnya soal kartu pintar dan kartu sehat. Daerah sudah ada fasilitas berobat gratis dan sekolah gratis sampai level tertentu. Tetapi, ketika sudah muncul BPJS Kesehatan, semua harus mengikuti alur itu. “Ini kan berubah, pola lama gak mungkin di pakai, karena sekarang harus iuran bulanan ke BPJS. Pemkab tidak bisa meng anggarkan dengan pola lama.

Sementara jika harus iuran dengan po la baru, anggarannya tidak cukup,” kata mantan Anggota Komisi I DPR RI periode 2009-2014 itu. Tapi Zaki selalu ambil hikmahnya, am bil positifnya, dan tetap menjalankan clean governance. Bupati yang alumni Victoria University Australia angkatan 1998 ini sudah satu tahun meng himpun berbagai persoalan warga, dan tahun 2015 adalah saatnya actions dalam kebijakan lanjutan.

Dia paling ”naik tensi” jika Kab Tangerang disebut sebagai daerah penyangga DKI Jakarta. ”Gimana disebut daerah penyangga? Namanya penyangga itu, posisinya harus lebih kuat daripada yang disangga. Bagaimana Kab Tangerang menyangga DKI? Ini kan logika yang terbalik.

Harusnya DKI Jakarta juga memberi ke sempatan untuk wilayah di sekitarnya maju, sehingga punya mimpi yang sama, punya tanggung jawab yang sama, dan sama-sama berjuang. Bukan sebaliknya,” kata Zaki. Mengurus Kabupaten Tangerang dengan 956 kilometer persegi, dengan infrastruktur pas-pasan, tidak sama dengan DKI yang hanya 740 kilometer persegi.

Anggaran Kab Tangerang dengan 1,798 juta jiwa, bumi langit dengan APBD DKI yang sudah lebih dari 10,18 juta jiwa. Problem DKI dengan kepadatan penduduk per kilo meter 14.000 tentu berbeda jauh dengan Kab Tangerang yang hanya 3.129 orang per kilometer. Soal antisipasi banjir, Zaki pernah berdebat terbuka dengan Gubernur Jokowi -saat belum menjadi presiden, musim hujan tahun lalu. Terutama soal proyek sodetan Kali Cisadane.

sumber : 
http://m.indopos.co.id/2014/12/blak-lakan-bersama-bupati-tangerang-ahmed-zaki-iskandar-1.html